BAB
IX
SAMPLING
ATAU PENGAMBILAN CONTOH
1.
PENDAHULUAN
Statistika terbagi atas dua fase ialah statistika deskriptif dan statistika induktif. Fase pertama
dikerjakan untuk melakukan fase kedua. Fase kedua ialah statistika induktif
berusaha menyimpulkan tentang karakteristik populasi, yang pada umumnya
dilakukan berdasarkan pada data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik
hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas. Sampel
adalah sebagian yang diambil dari populasi
dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Untuk
melakukan analisis statistik dapat dilakukan sensus atau dapat dilakukan sampling.
2.
ALASAN
SAMPLING
Ada berbagai alasan
mengapa sensus tidak dapat dilakukan, antara lain:
a)
Ukuran Populasi
Ada dua macam ukuran
populasi yaitu populasi terhinga dan populasi takhingga. Populasi takhingga
ialah populasi berisikan tidak terhingga banyak objek, sensus tak mungkin
dilakukan mengingat populasi takhingga pada dasarnya hanya konseptual sukarlah
melakukan sensus terhadapnya. Meskipun kita punya populasi terhingga, sensus
belum tentu selalu bisa dilakukan. Dalam praktek, populasi terhingga sering
dianggap sebagai populasi takhingga, jika didalamnya sudah cukup banyak anggota
atau objek.
b)
Masalah biaya
Makin banyak
objek yang diteliti banyak juga biaya yang dikeluarkan, biaya tersebut
diperlukan bukan hanya untuk mengumpulkan data tetapi juga untuk analisis,
diskusi, perhitungan-perhitungan, gaji ahli dan ongkos konsultasi.
c)
Masalah waktu
Sensus memerlukan
waktu yang lebih lama bila dibandingkn dengan sampling. Dengan demikian sampling
dapat memberikan data lebih cepat.
d) Percobaan
yang sifatnya merusak
Jika penelitian
terhadap objek yang sifatnya merusak maka sampling harus dilakukan.
e)
Masalah ketelitian
Salah satu segi
agar kesimpulan dapat dipertanggungjawabkan ialah masalah ketelitian. Data
harus benar dan pengumpulanya harus dilakukan dengan benar dan teliti. Demikian pula
pencatatan dan penganalisisannya.
f)
Faktor ekonomis
Dengan faktor ekonomis
diartikan: apakah kegunaan hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu, dan
tenaga yang telah dikeluarkan untuk sensus.
3.
RANCANGAN
SAMPLING
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sehubungan perancangan sampling:
a)
Rumuskan persoalan yang ingin diketahui.
b)
Tentukan dengan jelas batas populasi
mengenai persoalan yang ingi diketahui itu.
c)
Definisikan dengan jelas dan tepat
segala unit dan istilah yang diperlukan.
d)
Tentukan unit sampling yang diperlukan.
e)
Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian
yang akan dilakukan.
f)
Kumpulkan jika ada segala keterangan
tentang hal yang ingin yang diteliti
yang pernah dilakukan masa lampau.
g)
Tentukan ukuran sampel, yakni berapa
unit sampling yang harus diambil.
h)
Tentukan cara sampling yang mana agar
sampel yang diperoleh refresentatif.
i)
Tentukan cara pengumpulan data yang mana
akan dilakukan, apakah wawancara langsung, dengan daftar isian, meneliti
langsung, atau mengumpulkan data dari sumber-sumber yang sudah ada.
j)
Tentukan metode analisis mana yang akan
digunakan.
k)
Sediakan biaya dan minta bantuan ahli
baik berbentuk pembantu tetap ataupun hanya sebagai konsultan.
4.
BEBERAPA
CARA SAMPLING
Misalkan kita mempunyai
kita punya sebuah populasi terhingga berukuran N. Dari populasi ini akan
diambil sampel berukuran n.
1)
Anggota yang telah diambil untuk
dijadikan anggota sampel disimpan kembali disatukan dengan anggota lainnya.
Dengan demikian anggota ini masih ada kesempatan untuk diambil kembali pada
pengambilan berikutnya. Cara pengambilan sampel demikian dinamakan sampling
dengan pengembalian.
2)
Anggota yang telah terambil untuk
dijadikan anggota sampel tidak disimpan kembali ke dalam populasi. Dengan
demikian setiap anggota hanya disa diambil satu kali. Cara pengambilan sampel
demikian dinamakan sampling tanpa pengembalian.
Meskipun dari sebuah
populasi bisa diambil lebih dari sebuah sampel, biasanya kesimpulan dibuat
berdasarkan hanya sebuah sampel saja. Cara yang digunakan biasanya sampling
tanpa pengembalian. Ada tiga cara agar sampling yang dapat digunakan agar diperoleh
sampel yang representatif, yaitu:
a)
Sampling seadanya
Pengambilan
sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan
data tanpa perhitungan apapun mengenai derajat kerepresentatifannya.
b)
Sampling purposif
Dikenal
juga sebagai sampilng pertimbangan atau pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau peneliti.
c)
Sampling peluang
Sampel
dinamakan sampel peluang yaitu sebuah sampel yang anggota-angotanya diambil dari
populasi berdasarkan peluang yang diketahui. Jika tiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk daimbil menjadi anggota sampel, maka sampel
yang didapat dinamakan sampel acak dan cara pengambilannya dinamakan sampling
acak.
5.
BEBERAPA
MACAM SAMPLING UNTUK MENDAPATKAN SAMPEL REPRESENTATIF
Populasi homogen
ialah populasi yang aggotanya
dibawah penyebab yang sama. Unntuk populasi yang tidak homogen, jadi heterogen
harus digunakan cara lain, diantaranya; sampling berstrata atau sampling
petala, sampling proporsional, sampling klaster, dan sampling area.
Sampling petala. Jika
populasi heterogen, biasanyaakan lebih baik dibuat beberapa lapisan. Pembuatan
petala di tentukan berdasarkan karakteristik
tertentu sedemikian hingga petala itu menjadi homogen . dari setiap petala
lalu diambil secara acak anggota angota yang di perlukan. Di katakan secara
lain , dilakukan pengecekan didalam
setiap petala. Gabungan anggota anggota yang di dapat akan membentuk sebuah sempel petala.
Sampling petala
biasanya diperbaiki lagi dengan menggunakan cara proporsional. Dengan ini
dimaksudkan bahwa banyak anggota dari setiap petala diambil sebanding dengan
ukuran tiap petala. Cara ini dinamakan cara sampling acak proporsional dan
sampelnya dinamakan sampel acak proporsioanal.
Sampling klaster. Dalam
sampling ini, populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau klaster.
Secara acak klaster-klaster yang diperlukan diambil dengan proses pengacakan.
Selain sampling diatas
masih ada lagi yang lainnya;
a)
Sampling sistematik
Anggota sampel
diambil dari populasi pada ajarak interval waktu, ruang atau urutan yang
uniform.
b)
Sampling ganda
Penelitian dilakukan dimulai dengan menggunakan sebuah sampel yang ukurannya relatif kecil.
Berdasarkan ini kesimpulan mengenai
populasi diadakan. Jika hasilnya telah memenuhi kriteria yang telah di tentukan
maka sampling berhenti dan kesimpulan
dibuat.
c)
Sampling mulitpel
Dalam hal ini
pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali dan tiap kali digabungkan
menjadi sebuah sampel.
d) Sampling
sekuensial
Sampel ini sama
dengan sampling mutipel, perbedaanya
ialah dalam sampling ini tiap anggota sampel diambil satu demi satu dan
tiap kali selesai mengambil anggota , analisis dilakukan lalu berdasarkan ini
kesimpulan diadakan.
6.
KEKELIRUAN
SAMPLING DAN NON SAMPLING
Dalam penelitian ada
dua macam kekeliruan pokok yang sering terjadi ialah kekeliruan sampling dan
kekeliruan non sampling.
Kekeliruan nonsampling
bisa terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu berdasarkan sampling ataukah
berdasarkan sensus. Beberapa penyebab terjadinya kekeliruan non sampling
adalah;
a.
Populasi tidak didefinisikan sebagaimana
mestinya,
b.
Populasi yang menyimpang dari populasi
yang seharusnya dipelajari,
c.
Kuesener tidak dirumuskan sebagaimana
mestinya.
d.
Istilah-istilah telah didefinisikan
secara tidak tepat atau telah digunakan tidak secara konsisten,
e.
Para responden tidak memberikan jawab
yang akurat, menolak untuk menjawab atau tidak ada di tempat ketika petugas
datang untuk melakukan wawancara.
Kekeliruan sampling timbul disebabkan
oleh kenyataan adanya pemeriksaan yang tidak lengkap tentang populasi dan
penelitian hanya dilakukan berdasarkan sampel.
BAB
X
DISTRIBUSI
SAMPLING
1.
PENDAHULUAN
Untuk mempelajari populasi kita
memerlukan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Sampel yang
diambil ialah sampel acak dan dari sampel tersebut nilai-nilai statistiknya
dihitung untuk digunakan seperlunya. Untuk ini diperlukan sebuah teori yang
dikenal dengan nama distribusi sampling. Distribusi sampling biasanya diberi
nama bergantung pada nama statistik yang digunakan.
2.
DISTRIBUSI
RATA-RATA
|
Misalkan kita mempunyai sebuah populasi berukuran
terhingga N dengan parameter rata-rata μ dan simpangan baku . Dari populasi ini
diambil sampel berukuran acak berukuran n. Jika sampling dilakukan tanpa
pengembalian, kita tahu semuanya ada buah sampel yang
berlainan. Untuk semua sampel yang didapat, masing-masing dihitung
rata-ratanya. Dengan demikian diporoleh buah rata-rata. Anggap semua rata-rata ini
sebagai data baru, jadi didapat kumpulan data yang terdiri atas rata-rata dari
sampel-sampel. Dari kumpulan ini kita dapat menghitung rata-rata dan simpangan
bakunya. Jadi didapat rata-rata, diberi simbul μ (baca. Mu indeks eks garis), dari simpangan
baku daripada rata-rata, diberi simbul (baca; sigma indek eks garis).
X(1)
...........................
Jika
N cukup besar dibandingkan n, maka berlaku hubungan;
|
X(2)
...........................
Distribusi normal yang
didapat dari dsitribusi rata-rata perlu distandarkan agar distribusi normal
baku dapat digunakan. Ini perlu untuk perhitungan-perhitungan. Untuk ini
digunakan transformasi.
|
X(3)
...........................
|
Apabila dari populasi diketahui variansnya dan
prbedaan antara rata- rata dari sampel ke sampel diharapkan tidak lebih dari
sebuah harga d yang ditentukan, maka berlaku hubungan.
X(4)
...........................
3.
DISTRIBUSI
PROPORSI
Populasi diketahui
berukuran N yang didalamnya didapat peristiwa A sebanyak Y diantara N. Maka
didapat parameter proporsi peristiwa a sebesar μ= (Y/N). Dari populasi ini diambil sampel acak
berukuran n dan dimisalkan didalamnya ada peristiwa A sebanyak x. Sampel ini
memberikan statistik proporsi peristiwa A = x/n. Jika semua sampel yang mungkin
diambil dari populasi itu maka didapat sekumpulan harga-harga statistik
promosi. Dari kumpulan ini kita dapat menghitung rata-ratanya, diberi simbul dan simpangan bakunya diberi simbul
|
X(5)
...........................
Dan jika populasi besar dibandingkan
dengan ukuran sampel, yakni (n/N) 5%, maka;
|
X(6)
...........................
|
Untuk perhitungan, daftar distribusi normal baku dapat digunakan
dan untuk itu diperlukan transformasi:
X(7)
...........................
|
X(8)
...........................
4.
DISTRIBUSI
SIMPANGAN BAKU
Kita mempunyai populasi
berukuran N. Daimbil sampel-sampel acak berukuran n, lalu untuk tiap sampel
dihitung simpangan bakunya, yaitu s. Dari kumpulan ini sekarang dapat dihitung
rata-ratanya dibiri simbul dan simpangan bakunya, diberi simbul.
Jika distribusi
berdistribusi normal atau hampir notrmal, maka distribusi simpangan baku, untuk
n besar, biasanya n sangat mendekati distribusi normal dengan:
|
X(9)
...........................
Dengan
Transformasi yang diperlukan untuk
membuat distribusi menjadi normal baku adalah:
|
X(10)
...........................
5.
DISTRIBUSI
MEDIAN
|
Jika populasi berdistribusi normal atau hampir
normal, maka untuk sampel acak berukuran n 30, distribusi Me akan mendekati distribusi
normal dengan rata-rata :
X(11)
...........................
Dengan
dan parameter populasi.
6.
DISTRIBUSI
SELISIH DAN JUMLAH RATA-RATA
Misalkan kita mempunyai
dua populasi masing-masing berukuran N₁ dan N₂.
Populasi kesatu mempunyai rata-rata dan simpangan baku sedangkan populasi kedua mempunyai rata-rata dan simpangan baku . Dari setiap populasi
secara independen kita ambil sampel-sampel acak berukuran n₁
dari populasi kesatu dan berukuran n₂ dari populasi kedua. Untuk membedakan, populasi kesatu
dimisalkan mempunmyai variabel X dan populasi kedua mempunyai variabel Y. Dari
sampel-sampel ini, seperti biasa dihitung rata-ratanya.
|
Kumpulan selisih rata-rata sampel demikian akan membentuk
distribusi selisih rata-rata. Dari kumpulan ini, kita dapat menghitung
rata-ratanya, diberi simbul , dan menghitung
simpangan bakunya, diberi simbul . Ternyata bahwa, untuk
N₁
dan N₂,
cukup besar dan sampel-sampel acak diambil secara independen satu sama lain,
didapat hubungan:
X(12)
...........................
Kita
juga dapat mengambil selisih rata-rata . Dalam hal ini berlaku:
|
X(13)
...........................
Untuk
membuat distribusi normal ini menjadi distribusi normal baku digunakan transformasi.
|
X(14)
...........................
Untuk
sampel-sampel acak yang independen berlaku:
|
X(15)
...........................
Untuk
membuat menjadi normal baku perlu digunakan transformasi.
|
X(16)
...........................
7.
DISTRIBUSI
SELISIH PROPORSI
Misalkan ada dua
populasi masing-masing berdistribusi binom, kedua-duanya berukuran cukup besar.
Di dalam kedua populasi itu ada peristiwa A dengan proporsi Ï€₁
untuk populasi kesatu dan Ï€₂ untuk populasi kedua. Dari kedua populasi itu,
secara independen diambil sampel-sampel acak berukuran n₁
dari populasi kesatu dan berukuran n₂ dari populasi kedua. Untuk
peristiwa A, didapat kumpulan proporsi
, i = 1, 2, ... , k dan , j = 1, 2, ... , r.
Dengan = adanya peristiwa A dalam sampel yang diambil
dari populasi kesatu, = adanya peristiwa A dalam sampel yang diambil
dari populasi kedua, k dan r masing_masing banyak sampel yang mungkin diambil
dari populasi kesatu dan populasi kedua.
Selisih proporsi dapat dibentuk sehingga terdapat kumpulan
selisih proporsi. Dari kumpulan ini dapat dihitung rata-ratanya, diberi simbul dan simpangan bakunya, diberi simbul , dengan sp = = selisih antara proporsi sampel kesatu dan
proporsi sampel kedua. Ternyata untuk ini berlaku:
|
X(17)
...........................
Agar
supaqya distribusi normal ini menjadi distribusi normal baku maka diperlukan
transformasi.
|
X(18)
...........................
8.
DISTRIBUSI
SAMPLING LAINNYA
Misalkan kita punya
sebuah populasi yang berdistribusi normal atau hampir normal dengan rata-rata μ
dan simpangan baku . Dari populasi
tersebut diambil sampel acak berukuran n lalu dihitung rata-rata dan simpangan baku s.
Sehubungan dengan ini,
didapat dua hal berikut:
a)
Statistik t, yang ditentukan oleh:
|
X(19)
...........................
b)
Statistik x² yang ditentukan oleh:
|
X(20)
...........................
Misalkan sekarang kita
mempunyai dua buah populasi, masing-masing berdistribusi normal dengan
simpangan baku dan . Dari tiap populasi
ini secara independen sebuah sampel acak diambil, masing-masing berukuran n₁
dari populasi kesatu dan n₂ dari populasi kedua. Dari sampel kesatu simpangan baku s₁
dihitung, dan demikian pula simpangan baku s₂ dari sampel kedua. Kita bentuk statistik F yang ditentukan
oleh:
|
X(21)
...........................
Silakan tinggalkan komentar anda. DILARANG KERAS menyimpan link blog/web pada komentar dengan tujuan backlink, Spam.